Kamis, 12 Mei 2022

BELAJAR DARI PANDEMI COVID-19

Jumat 13 Mei 2022

Oleh:
Putri Oktopiani dari 12 UPW 2

COVID19 adalah penyakit akibat infeksi virus severeacute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia. COVID19 (coronavirus disease 2019) adalah penyakit baru yang disebabkan oleh virus dari golongan Coronavirus, yaitu SARS-CoV-2 yang juga sering disebut virus corona. Kasus pertama penyakit ini terjadi di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Setelah itu, COVID19 menular antarmanusia dengan sangat cepat dan menyebar ke sejumlah negara, termasuk Indonesia, hanya dalam beberapa bulan.

Penyebab COVID-19
COVID-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2, yaitu virus jenis baru dari Coronavirus (kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan). Infeksi virus Corona bisa menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu, atau infeksi sistem pernapasan dan paru-paru, seperti pneumonia.

Pada penghujung tahun 2020, beberapa laporan kasus menyebutkan bahwa virus Corona telah bermutasi menjadi beberapa jenis atau varian baru, misalnya varian delta.

COVID-19 awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Setelah itu, diketahui bahwa infeksi ini juga bisa menular dari manusia ke manusia. Penularannya bisa melalui cara-cara berikut:

Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita COVID-19 bersin atau batuk
Memegang mulut, hidung, atau mata tanpa mencuci tangan terlebih dulu, setelah menyentuh benda yang terkena droplet penderita COVID-19, misalnya uang atau gagang pintu
Kontak jarak dekat (kurang dari 2 meter) dengan penderita COVID-19 tanpa mengenakan masker
CDC dan WHO menyatakan COVID-19 juga bisa menular melalui aerosol (partikel zat di udara). Meski demikian, cara penularan ini biasanya terjadi dalam prosedur medis tertentu, seperti bronkoskopi, intubasi endotrakeal, hisap lendir, dan pemberian obat hirup melalui nebulizer.

Penularan melalui udara ini juga bisa lebih mudah terjadi di tengah kerumunan orang, khususnya di dalam ruang tertutup

Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak atau berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut di atas muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus COVID-19.

Secara umum, ada tiga gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi COVID-19, yaitu:

Demam (suhu tubuh di atas 38°C)
-Batuk kering
-Sesak nafas
Selain gejala di atas, ada beberapa gejala lain yang jarang terjadi, tetapi juga bisa muncul pada infeksi COVID-19, yaitu:

-Mudah lelah
-Nyeri otot
-Nyeri dada
-Sakit tenggorokan
-Sakit kepala
-Mual atau muntah
-Diare
-Pilek atau hidung tersumbat
-Menggigil
-Bersin-bersin
-Hilangnya kemampuan mengecap rasa
-Hilangnya kemampuan mencium bau (anosmia)
Gejala COVID-19 bisa muncul dalam 2 hari sampai 2 minggu setelah seseorang terinfeksi virus penyebabnya. Sebagian pasien COVID-19 juga ada yang mengalami penurunan oksigen tanpa adanya gejala apa pun. Kondisi ini disebut happy hypoxia. Selain itu, beberapa laporan kasus juga menyebutkan bahwa sebagian pasien COVID-19 dapat mengalami ruam kulit.

Untuk memastikan apakah gejala-gejala tersebut merupakan gejala dari virus Corona, diperlukan rapid test atau PCR. Untuk menemukan tempat melakukan rapid test atau PCR di sekitar rumah Anda, klik di sini. Pada beberapa penderita, COVID-19 dapat tidak menimbulkan gejala sama sekali. Orang yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19 melalui pemeriksaan RT-PCR namun tidak mengalami gejala disebut sebagai kasus konfirmasi asimptomatik. Penderita ini tetap bisa menularkan COVID-19 ke orang lain. Pada bulan Juli 2020, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengganti istilah operasional lama pada COVID-19, seperti ODP, PDP, OTG menjadi istilah baru, yakni suspek, probable, konfirmasi.

Belajar di masa pandemi Covid-19

Pandemi covid 19 menyebar sejak akhir tahun 2019 hingga saat ini, terhitung 193 negara telah berjuang untuk melawan serangan Covid yang tidak pandang bulu. Penyakit virus corona (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Walaupun lebih banyak menyerang ke lansia, virus ini sebenarnya bisa juga menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa. Virus corona ini bisa menyebabkan ganguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Sebagai upaya untuk mencegah pandemi Covid-19, pemerintah mengeluarkan kebijakan agar sekolah-sekolah meminta siswanya untuk belajar di rumah. Mulai 16 Maret 2020 hingga sekarang sekolah menerapkan metode pembelajaran siswa secara daring. Lalu, efektifkah pembelajaran daring ini?

Pembelajaran “daring” sebagai pilihan tunggal dalam kondisi pencegahan penyebaran covid 19memberi warna khusus pada masa perjuangan melawan virus ini. Bahkan bentuk pembelajaran ini juga dapat dimaknai pembatasan akses pendidikan. Pendidikan yang lumrah berlangsung dengan interaksi langsung antar unsur (pendidik dan tenaga kependidikan dan peserta didik) beralih menjadi pembelajaran interaksi tidak langsung. Pembatasan interaksi langsung dalam pendidikan terkadang terjadi pada situasi tertentu namun tidak dalam rangka pembatasan sosial seperti yang masyarakat jalani sebagai upaya pencegahan penyebaran virus. Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).

Selama lebih dari enam belas bulan lamanya, siswa terpaksa harus menjalankan pembelajaran daring akibat pandemi corona. Dengan adanya pandemi ini membuat beberapa siswa mengeluh karena merasa pembelajaran daring kurang efektif. Banyak gangguan yang membuat proses belajar mereka tidak maksimal. Lalu bagaimana cara belajar agar lebih efektif yang dapat diterapkan saat pandemi ini? Berikut cara-cara efektif dan tidak membosankan selama belajar di rumah : 

1. Manajemen waktuwaktu:
Kita harus pandai mengatur manajemen waktu dengan baik: membuat jadwal dengan menuliskan apa saja yang harus dikerjakan dalam satu hari. Mempunyai target yang harus dicapai.

2. Suasana ruang belajarbelajar:
Hal kedua yang perlu kita perhatikan untuk belajar dimasa pandemi yaitu ruang belajar, pilih ruang belajar yang nyaman, jangan pilih ruang belajar yang tidak ada menjadi satu dengan kamar tidur. Mengapa demikian ? Hal ini untuk mengurangi rasa malas karena keinginan untuk rebahan di tempat tidur. Siapkan tempat yang nyaman dan tidak berisik sehingga belajar dapat lebih efektif karena minim gangguan

3. tidak menunda-nunda:
kita mesti punya jadwal yang konsisten, Jadwal dan target yang telah kita susun berguna agar kita tidak menunda-nunda mengerjakan sesuatu. Jadi, penting agar kita tetap dan terus mengerjakan apa-apa yang harus dituntaskan.

4. Menjaga kesehatan:
Hal yang sangat penting yaitu menjaga kesehatan di masa pandemi ini. Menjaga kualitas tidur yang baik, dan hidup sehat berolaharga sangat membantu kita dalam mengoptimalkan jadwal belajar mandiri di masa pandemic dan makan makanan yang bergizi.



Pembelajaran dari Masa Pandemi COVID-19

1. Pendidikan

Penggunaan teknologi dalam menyelesaikan tugas pada siswa, juga dapat menimbulkan kreativitas dikalangan siswa dalam mengembangkan pengetahuan yang telah mereka miliki. Dengan metode pembelajaran yang bervariasi dari guru, mereka dapat menciptakan suatu produk pembelajaran kreatif yang dapat mengembangkan pemikiran melalui analisis mereka sendiri, tanpa keluar dari pokok bahasan materi yang telah disampaikan oleh guru.

Pembelajaran yang dilakukan di rumah, dapat membuat orang tua lebih mudah dalam memonitoring atau mengawasi terhadap perkembangan belajar anak secara langsung. Orang tua lebih mudah dalam membimbing dan mengawasi belajar anak dirumah. Hal tersebut akan menimbulkan komunikasi yang lebih intensif dan akan menimbulkan hubungan kedekatan yang lebih erat antara anak dan orang tua. Orang tua dapat melakukan pembimbingan secara langsung kepada anak mengenai materi pembelajaran yang belum dimengerti oleh anak. Dimana sebenarnya orang tua adalah institusi pertama dalam pendidikan anak. Dalam kegiatan pembelajaran secara online yang diberikan oleh guru, maka orang tua dapat memantau sejauh mana kompetensi dan kemampuan anaknya. Kemudian ketidakjelasan dari materi yang diberikan oleh guru, membuat komunikasi antara orang tua dengan anak semakin terjalin dengan baik. Orang tua dapat membantu kesulitan materi yang dihadapi anak.

Penggunaan media seperti handphone atau gadget, dapat dikontrol untuk kebutuhan belajar anak. Peran orang tua semakin diperlukan dalam melakukan pengawasan terhadap penggunaan gadget. Hal tersebut memberikan dampak yang positif bagi anak, dalam memanfaatkan teknologi untuk hal-hal yang bermanfaat. Anak cenderung akan menggunakan handphone untuk mengakses berbagai sumber pembelajaran dari tugas yang diberikan oleh guru. Sehingga akan membuat anak menghindari penggunaan gadget pada hal-hal kurang bermanfaat atau negatif.

 2. Lingkungan

Iklim menjadi lebih seimbang

Apakah ada di antara kita yang menyadari bahwa selama berlangsungnya pandemi Covid-19 ini, terutama setelah kebijakan lockdown diberlakukan, Indonesia tidak dilanda musibah kekeringan? Padahal, sebelum pandemi melanda, satu atau dua stasiun televisi pasti ada yang memberitakan perihal kekeringan di daerah-daerah tertentu di Indonesia.

Hal-hal di atas menjadi indikator bahwa telah terjadi tren perubahan iklim yang positif. Mungkin saja planet Bumi memerlukan semacam rehat dari aktifitas beratnya sehari-hari. Bumi ini perlu memulihkan kesehatannya demi menjaga keberlangsungan hidup umat manusia. Kemunculan virus SARS-CoV-2 bahkan bisa jadi adalah sebuah mekanisme pertahanan yang diluncurkan planet Bumi agar dirinya tetap stabil.

Selama ini, kita sudah diresahkan dengan perubahan iklim yang ekstrim akibat fenomena pemanasan global di permukaan Bumi. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak-pihak yang merasa peduli dan bertanggung jawab atas isu ini. Tampaknya, pandemi Covid-19 telah pula membantu pihak-pihak tersebut untuk merawat dan menstabilkan kembali keadaan planet Bumi. Semoga saja tren perubahan positif terkait musim dan iklim yang kita amati di Indonesia juga sedang dan akan terjadi di belahan Bumi lainnya.

Kualitas udara di kota-kota besar di Indonesia dan di dunia cenderung membaik

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa sekitar 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup udara kotor akibat gas buang kendaraan bermotor. Bappenas juga mendukung pernyataan tersebut dengan mengungkapkan bahwa 60-70% penyebab pencemaran udara adalah asap dari knalpot kendaraan bermotor. Tingkat mobilitas manusia yang tinggi di kota-kota besar di Indonesia dan di dunia adalah salah satu penyebab masifnya penggunaan kendaraan bermotor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar